Friday, December 6, 2019

The Magic Of Thinking Big


Waktu itu. Saat ekskul jurnalis sedang Ada pertemuan rutin setiap Hari senin, entah kenapa Hari itu adalah Hari sedihku. Kalian tahu mengapa? Bukan, bukannya aku sok cengeng, tapi entah kenapa Saat itu aku benar-benar menangis di karenakan dua hal. Pertama, aku tidak suka saat aku sedang sibuk mengerjakan sesuatu, kemudian di panggil dengan nada yang lumayan tinggi itu suatu Hal yang sangat tidak aku sukai. Kedua, tangisku pecah saat Aku memberikan sambutan yang menurutku di luar agenda yang sedang kami bahas. Menangis, itulah yang ku lakukan Hari itu. Karena aku berpikir, selama Aku menjabat sebagai pemimpin umum, aku belum baik dalam melakukan segala sesuatunya.

Setelah itu, coach taupik  yang melanjutkan agenda kami seterusnya. Dan pada akhirnya, agenda kami Hari senin hanya sekedar evaluasi. Setiap kru di berikan waktu untuk mengeluarkan uneg-unegnya selama menjadi kru eksis. Awalnya, aku sempat patah semangat, dan tidak Ada ide untuk pengangkatan kru baru eksis. Tetapi, coach Taupik memberikan sebuah dorongan untuk terus bersemangat dalam menjalani setiap tugas.

Dari awal inilah aku ditawarkan sebuah buku yang dapat menjadi motivasi untuk diriku. Setelah selesai pertemuan, akupun berkata pada coach untuk meminjam buku yang tadi beliau tawarkan padaku.
Untuk mendapatkan buku itu, aku harus ditanya benar-benar oleh coach. Saat aku meminjamnya coach berkata,"Tapi harus dibaca loh."

Setelah itu, coach pun memberikan buku itu. Buku yang berukuran A6 dengan ketebalan yang lumayan tebal. Coach Taupik sepertinya sempat ragu memberikannya padaku, itu yang aku lihat dari wajahnya. Tetapi bukan Mei Linda namanya jika tidak punya segala Cara untuk mendapatkan sebuah buku yang membuatku penasaran. Akupun langsung bertanya pada coach,"oh iya coach, aku pinjem berapa hari?"

"1 Minggu ya." Sempat kaget. Sebab akupun sering meminjam novel-novel selama seminggu bahkan lebih di perpustakaan sekolah, hingga pada akhirnya aku mendapatkan denda Karena meminjam lebih dari waktu yang telah di tetapkan.

Sepertinya coach Taupik memiliki harapan besar dari buku itu untuk aku. Coach berharap aku harus bisa memetik sebuah hikmah dari buku ini. Dan coach memberiku sebuah tantangan, setelah 1 Minggu membacanya, aku harus membuat resensi dari buku tersebut. Buku yang berjudul 'Berpikir Dan Berjiwa Besar' (The Magic Of Thinking Big).
Terima kasih coach telah mempertemukan aku dengan buku ini, semoga dapat bermanfaat disetiap katanya. Coach yang selalu sabar di saat kru-krunya susah untuk mengumpulkan tugas-tugas Dan selalu memaklumi kesibukan kru eksis.

Untuk kru eksis, semangat. Jangan patahkan semangat kalian untuk terus berkarya di dunia literasi, di jaman teknologi yang canggih ini.
Oya, tunggu resensi buku yang aku baca ini ya Insan Pelajar Bermutu.

Friday, October 4, 2019

'Ayah Aku Hanya Rindu'



Oleh : Mei Linda


Malam itu, aku sempat terisak  dari sebuah tidurku yang tak begitu nyenyak. Sebab, aku bermimpi ada seseorang yang menggenggam tanganku. Kemudian orang yang ada dalam mimpiku melepaskan genggaman itu dan seraya berkata,"Jaga baik-baik dirimu di sini ya, jangan lupa selalu berjuang dalam hidupmu. Buat orang yang kamu sayang bangga padamu." Begitu ucapan terakhir yang aku dengar.
Justru saat aku terbangun dari mimpi buruk itu, aku melihat banyak sekali para tetangga yang datang ke rumah. Aku sempat bingung, tidak biasanya rumahku dikunjungi banyak orang? Tiba-tiba bibiku bertanya padaku,"Arini kamu sudah bangun dek, oh iya sekarang kamu mandi dan setelah itu sarapan ya, Bibi sudah masakan nasi goreng untukmu."
Akupun bertanya balik pada bibi sambil melihat sekelilingku,"Bi, ada apa ini? Kenapa rumah ku ramai orang? Ada apa Bi?"
"Kamu mandi dan sarapan dulu ya, nanti setelah itu Bibi beritahu kamu."
Akhirnya akupun menuruti perkataan bibiku tersebut. Setelah aku mandi, akupun sarapan dengan ditemani bibi di sampingku. Tidak lama kemudian terdengar suara mobil ambulan tepat di halaman rumahku, dengan wajah yang begitu penasaran dan terheran-heran. Aku bertanya pada Bibi,"Bibi, kenapa ada ambulan datang?"
"Mungkin Ayahmu sudah datang."
"Ayah? Apakah Ayahku sudah sembuh dari sakitnya Bi?"
"Sini dek, ayo kita keluar." Bibi tiba-tiba memegang pundakku sambil mengelus perlahan.
Entah kenapa tiba-tiba jantungku berdetak begitu kencang seakan takut sesuatu, tubuhku mulai merasa dingin dengan tenaga yang mulai kendor. Dan benar, aku melihat seorang lelaki keluar dari mobil ambulan dalam keadaan sudah tak bernyawa. Perlahan demi perlahan ku dekati sesosok lelaki tersebut, dan apa yang aku dapati? Saat itu pula tubuhku mulai tak kuat memopong raga ini. Aku terjatuh dan terlepas dari pegangan erat bibiku, aku menunduk menangis sejadi-jadinya saat itu.
"Ayah...." Rintihku pelan saat itu.
"Arini, tenanglah dek. Ikhlaskan Ayahmu."
Akupun langsung menatap mata bibi,"Bi, kenapa Bibi tidak ngomong jika Ayahku telah..." Hentiku bicara seketika.
"Bibi tak sanggup untuk mengatakannya padamu dek."
Saat aku pejamkan mata, aku berharap ini hanyalah mimpi burukku di pagi hari. Tanpa ku sadari jenazah ayahku sudah ada di dalam rumah. Bibi pun menyuruhku untuk masuk,"Dek, ayo masuk Ayahmu pasti ingin melihatmu."
"Ayah...Ayahh..!" Jeritku sambil memegang dada ini yang terus berdetak kencang.
Ucapku seketika,"Ya Allah.. kenapa engkau mengambil separuh ragaku? Mengapa engkau tega memisahkan aku padanya? Apa salahku pada-Mu Ya Allah? Tolong kembalikanlah dia di pelukanku."
"Arini, Arini.. istighfar dek, jangan kamu berkata seperti itu. Ikhlaskan Ayahmu untuk tinggal bersama Allah di syurga-Nya sana."
"Lalu siapa yang akan menjadi pelindung hidupku dari laki-laki nakal kelak Bi?"
"Masih ada Bunda, Bibi, dan Pamanmu dek. Kamu tak usah khawatirkan itu."
"Tidak!! Hanya Ayah yang bisa menjadi pelindungku Bi. Bunda? Kini bunda tak mempedulikan aku, Arini cuma butuh Ayah." Tangisku bersimpuh di samping jenazah ayah.
"Arini, apa yang kamu katakan? Jangan kamu egois seperti ini Dek."
"Bukan Arini yang egois Bi, tapi Bunda."
"Sttttt... Arini tenanglah." Peluk bibi begitu erat.
Begitu pahit hariku saat ini. Mengikhlaskan yang begitu sulit, namun harus aku lakukan. Aku sempat menagih janji di hadapan jenazah ayah,"Ayah dimana janji-janji Ayah yang akan selalu melindungi Arini hingga menjadi milik orang lain. Dimana janji ayah yang saat aku menangis Ayah akan selalu menjadi penopang air mataku, dan dimana janji Ayah yang lainnya akan aku?" Aku benar-benar terpukul atas meninggalnya ayahku.
40 hari sudah ayah meninggalkanku. Saat aku pulang ke rumah, dimana banyak menyimpan kenangan akan aku dan ayah, di situ aku mulai meneteskan air mata kembali dan teringat akan ayah yang dulu menolong aku saat terjatuh dari sepeda. Saat itu ayah tak biarkan aku menangis. Ayah selalu punya banyak cara untuk membuatku tertawa.
Kini aku sadar. Mengikhlaskan memanglah berat, tapi akan lebih berat lagi jika kita tak menerima semua kenyataan yang telah terjadi saat ini. Selama satu bulan lebih ini aku tinggal bersama bibi di kota, sebab aku tidak ingin tinggal bersama bundaku yang telah menelantarkan aku dan ayah sejak aku masih balita. Aku sudah terlalu nyaman kini tinggal bersama bibi yang selalu merawatku dengan penuh kasih sayang, walaupun terkadang ia selalu cerewet padaku.
Hari ini aku pulang ke rumah lamaku. Rumah dimana banyak menyimpan kenyamanan dan kehangatan, dimana yang dahulu ayah pernah membawakanku sekotak martabak telor. Dalam keadaan basah akibat terkena hujan deras, ayah rela kedinginan hanya untuk sebuah keinginanku.
Kini ayah, aku tak menuntut lebih padamu. Yang aku inginkan saat ini adalah dirimu bahagia di sana, di pangkuan-Nya. Ayah aku hanya ingin dirimu tahu, saat ini aku menangis bukan karena aku masih tak ikhlas merelakanmu. Namun saat ini aku hanya rindu padamu ayah, laki-laki yang tak akan pernah menyakiti hati anak perempuannya.
Ayah tolong jaga aku dari laki-laki nakal, laki-laki yang tak bisa menghargai kehormatan wanita. Dan tolong doakan aku agar bisa mendapatkan laki-laki yang sama seperti ayah. Yang dapat memberikan cinta dan kasih sayangnya dengan tulus, yang mau merelakan lelahnya, bahagianya dan hidupnya, sama seperti ayah yang selalu siap kapanpun untuk kebahagiaan dalam hidupku.
Kini biarkan aku berbakti pada bunda. Karena Allah telah membukakan mata hatiku saat ini tentang bunda, seharusnya aku tak bersikap egois seperti itu. Bagaimanapun bunda adalah malaikat duniaku yang harus aku jaga saat ini. Ya, andaikan aku tak malu untuk berkata pada bunda. Mungkin saat ini aku akan mengatakan,"Bunda, Arini sayang pada Bunda. Izinkan Arini untuk mencuci kaki bunda dan meminum airnya. Karena bagaimanapun Arini sempat berdosa pada Bunda, semoga Bunda bisa memaafkan Arini dan semoga Allah me-ridhoi-nya. Aamiin...."
-Tamat-


Hikmah di balik cerita :
1. Kita akan dapat merasakan bagaimana itu keikhlasan
2. Agar kita tahu bahwa hidup tak selamanya kekal
3. Supaya kita selalu ingat bahwa kita akan pulang ke pangkuan sang illahi
4. Bahwa hidup itu tak selamanya di atas

Pertanyaan untuk pembaca :
1. Ada yang bisa menyimpulkan dari cerita di atas?
2. Apa menurut kalian hikmah yang bisa kalian ambil dari cerita tersebut?
3. Jika kalian di posisi Arini, apa yang akan kalian lakukan! Dan jelaskan?
4. Menurut kalian, Pesan apa yang cocok untuk cerita tersebut?

Terima kasih untuk kalian pemuda yang gemar membaca. Semoga dengan meluangkan sedikit waktu kalian untuk ini bisa menjadi sebuah amal jariyah ya...

Semoga kalian suka dengan ceritaku ini, dan semoga aku masih bisa mempertemukan/memperlihatkan tulisan-tulisan karyaku selanjutnya kepada kalian para insan yang haus akan segala pengetahuan. Sekian dari aku semoga dapat bermanfaat, kritikan dan saran sangatlah perlu bagiku untuk pendorong agar lebih baik lagi kedepannya.

Monday, September 16, 2019

My Story


Namaku adalah Mei Linda, Lahir di Pekalongan, 17 tahun yang lalu. Aku  adalah anak kedua dari dua bersaudara, buah dari pasangan Bapak Darono dan Ibu Riana. Meimei adalah panggilan akrabku, aku terlahir di keluarga yang sangat sederhana. yang hobinya memasak, menulis, dan treveling. motto hidupku 'Untuk mendapatkan kesuksesan, keberanianmu harus lebih besar dari pada ketakutanmu.'
            Ketika berumur 6 tahun, aku memulai pendidikan di SDN 1 Gantiwarno, Pekalongan, kemudian setelah lulus aku melanjutkan pendidikan di SMPN 1 Pekalongan. Selepas lulus dari SMP di tahun 2018, aku melanjutkan di SMK Muhammadiyah 1 Metro dengan mengambil jurusan Otomatisasi dan Tata Kelola Perkantoran (OTKP), dan kini aku sudah beranjak di kelas XI.


            Awalnya aku belum memiliki impian yang tetap. Tetapi setelah aku bersekolah di SMK ini, semua tumbuh secara perlahan baik itu impian dan harapanku di masa yang akan datang. Kini aku telah menghasilkan sebuah karya buku yang berjudul,”Menemukan Arti Hidup”. Yang dimana banyak pengalaman yang dapat di petik dari cerita tersebut. Berkat biaya dari Ibu Kepala SMK Muhammadiyah-lah aku bisa menerbitkan buku, jadi tak ada alasan untuk malu bersekolah di swasta, karena bukan berarti sekolah swasta itu tidak memfasilitasi semuanya. Banggalah menjadi siswa/i SMK Muhammadiyah 1 Metro. SMK Muhammadiya 1 Metro itu terkenal dengan sebutan SMK MUTU yang artinya Maju Unggul Taqwa Utama.

Selain itu aku juga aktif dalam berbagai kegiatan di sekolah, aku bergabung dengan organisasi IPM, ekskul PIK-R Sejati, dan juga sekarang menjabat sebagai pemimpin umum di ekskul jurnalistik yang beberapa bulan lagi akan kembali mengadakan reorganisasi untuk pemilihan pemimpin umum yang baru.
Setelah lulus nanti gadis berkulit hitam manis ini berencana untuk melanjutkan kuliah, dan saat ini aku memiliki 2 pertimbangan dalam memilih Universitas. Yang pertama, di jurusan sosiologi Universitas Lampung (UNILA), dan yang kedua di IAIN Metro dengan mengambil jurusan Bahasa. Inggris.
Semoga kelak apa yang aku harapan dapat terwujud, dan bisa menentukan perguruan tinggi yang aku harapkan.
Terimakasih telah membagi waktunya untuk membaca story, semoga kalian tetap setia menjadi pembaca setiaku yaaa…


Tuesday, May 28, 2019

Kenangan Bersamamu






Kebersamaan saat itu memberiku banyak kenangan
Kenangan akan dirimu
Di mana yang selalu ada untukku
Kini dirimu akan pergi..

Pergi meninggalkanku dan kenangan ini
Senyummu yang begitu indah
Sapamu yang selalu aku nantikan
Tawamu yang aku harapkan setiap waktuku

Aku nampak lemah melepaskanmu pergi
Aku tak tahu akan berbuat apa
Akankah kuhalangi dirimu pergi?
Atau aku harus merelakannya begitu saja

Aku tak yakin akan mampu tanpamu
Andai dirimu tahu! Kau sangatlah berarti bagiku
Namun jika ini memanglah takdir Tuhan
Aku ikhlaskan dirimu pergi..

Jika Tuhan telah menginginkan
Aku dan dirimu bertemu
Maka kita akan dipertemukan
Atas kehendak-Nya

Saturday, March 30, 2019


UM Metro Impian dan Pilihanku
Oleh: Mei Linda

            Perkenalkan namaku Mei Linda. Yups, jangan heran ya, karena itu adalah nama lengkapku. Terlihat simpel tapi sedikit bermakna. Teman-teman biasa memanggilku Memei, saat ini aku sedang mengenyam pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan atau yang sering kita tahu dengan sebutan SMK. Tepatnya di SMK Muhammadiyah 1 Metro dengan mengambil jurusan Otomatisasi dan Tata Kelola Perkantoran. Aku akan menceritakan sebagian kisahku tentang mencari sebuah Perguruan Tinggi untuk menambah ilmu setelah lulus dari SMK nanti.
            Menjadi mahasiswi di salah satu kampus yang indah adalah keinginanku saat ini. Aku sungguh ingin menikmati suasana lingkungan kampus yang hijau, sejuk dipandang mata dan banyak menghirup udara segar. Dan satu lagi, aku ingin kuliah di Universitas bergengsi dan juga memiliki gedung yang bagus, sehingga aku dapat nyaman menuntut ilmu di sana.
            Kenyataannya, di tengah perjalanan aku sedikit berputus asa akan keinginan untuk berkuliah, sebab banyak orang di luaran sana yang berkata,”Untuk apa kuliah? Kamu, kan, hanya lulusan SMK? Sudah kerja saja, kuliah itu hanya untuk lulusan SMA.” Sempat jengkel mendengar perkataan itu. Tapi aku berpikir untuk apa kita menjadi lemah hanya karena omongan orang yang belum tentu terbukti benar? Aku pun kini mulai bangkit, belajar dengan bersungguh-sungguh dan mencari informasi tentang Universitas terbaik di Kota Metro. Mengapa di Kota Metro? Karena pendidikan di Kota Metro sudah terbukti bermutu dan merupakan Kota Pendidikan di Provinsi Lampung, selain itu karena kotanya nyaman dan cukup damai.
Sekitar 3 bulan yang lalu, aku sempat diminta oleh bibiku yang ada di Bandar Lampung untuk liburan di sana, tetapi aku sempat kaget dan bertanya-tanya.”Liburan kali ini kenapa Bibi menyuruhku untuk membawa buku pelajaran sekolah? Dulu saat SMP Bibi tidak pernah seperti ini.” Begitu banyak sekali yang mengganjal dalam pikiranku. Sampainya di Bandar Lampung, kini akhirnya aku tahu mengapa bibi menyuruhku untuk membawa semua buku pelajaran. Di sana aku dan sepupuku yang bernama Diogsha diberikan masukan dan semangat untuk terus belajar.
”Kalian itu harus bener-bener rajin belajar mulai sekarang, buka buku apa yang harus kalian pelajari. Usahakan nilai rata-rata kalian itu di atas 8, kalau memang kalian bener-bener niat ingin kuliah. Jangan samakan dulu dengan sekarang, dulu saat liburan kalian bebas tidak memegang buku, tapi sekarang sudah bukan untuk liburan. Gunakan waktu luang kalian yang panjang ini untuk belajar,” tutur bibi yang saat itu membuatku terbungkam tak bisa berkata. Aku mulai menyusun rencana tentang apa yang harus aku lakukan untuk masa yang akan datang, untukku dan demi orang tuaku.
Kini walaupun aku masih duduk di bangku kelas X, aku sudah memiliki 1 target setelah aku lulus nanti. Ya, berkuliah di UniversitasMuhammadiyah Metro dengan mengambil Prodi S1 jurusan Bimbingan dan Konseling. Mengapa aku memilih kuliah di Universitas Metro dan mengambil Prodi S1 jurusan Bimbingan Konseling? Karena selain mengajarkan pengetahuan umum, Universitas Muhammadiyah Metro juga mengajarkan akhlak agama dan pastinya terdapat jurusan yang aku minati. Lalu kenapa aku ingin mengambil jurusan tersebut? Karena aku suka mempelajari tentang Psikologi. Yups, bisa dibilang Psikologi telah bercampur darah di diriku. Jujur aku selalu menjadi tempat curhatan para teman-temanku di sekolah, baik itu tentang percintaan, masalah pribadi, ataupun keluarga. Maka dari itu, aku semakin yakin untuk berkuliah di Universitas Muhammadiyah Metro.

 Menurutku setiap manusia itu harusnya tidak berhenti menuntut ilmu hanya di lulusan SMA/MA/SMK, namun juga setelahnya. Aku hanya ingin membuktian pada orang lain bahwa lulusan SMK pun bisa berkuliah, dan salah satunya aku ingin masa depanku lebih baik dari orang tuaku. Seseorang pernah berkata padaku,”Inilah yang membuat Negeri ini tidak maju, karena setiap generasi ke generasi tidak ada kenaikan kualitas yang signifikan, bahkan yang ada malah turun atau lebih buruk dari sebelumnya.” Saat kupikir-pikir, ternyata benar juga perkataan dari beliau. Misalkan nenek kita dulunya seorang guru, lalu anaknya yang biasa kita sebut orang tua kita itu hanya buruh lepas, kemudian apakah kita yang lebih muda akan sama, ataukah lebih rendah lagi? Itulah yang membuat Negeri ini tidak maju-maju. Maka dari itu mengapa aku bertekad sekali ingin berkuliah, karena aku tidak ingin menjadi seperti itu. Tak apalah aku menghayal lebih tinggi, toh hayalkanku tidak merugikan orang lain.
            Aku berkuliah bukan untuk merasa agar dapat dipandang baik oleh masyarakat sekitar, justru aku berkuliah agar aku dapat mewujudkan masa depanku dan menambah ilmu agamaku. Karena jika kita belajar tanpa diselingi oleh ilmu agama, maka itu tidak akan sinkron. ”Sejatinya orang yang menuntut ilmu itu bukanlah untuk menambah ilmu, tetapi untuk mencari pahala,”  ucapan salah satu guru kejuruanku  saat sedang mengajar dalam kelas, yang kini akan selalu kuingat.
            Ada sedikit cerita mengapa aku semakin tertarik dengan Unuversitas Muhammadiyah (UM) Metro. Saat itu, SMK yang aku tempati saat ini, SMK Muhammadiyah 1 Metro, mendapatkan undangan untuk datang menghadiri sebuah acara yang bertempat di Aula UM Metro. Entah mengapa aku begitu senang sekali untuk datang ke sana, sebab tempat itu adalah impianku setelah aku lulus SMK nantinya. Aku terus berjalan menuju dalam gedung, sambil melihat sekeliling kampus yang begitu luas nan indah. Kulihat ada sebagian mahasiswa yang sedang olahraga di lapangan utama kampus dan ada yang sekedar duduk-duduk sambil berbincang di bawah pohon rindang, sungguh indah dan nyaman melihat pemandangan yang hijau dan melihat mahasiswa bercengkrama di beberapa tempat yang memang telah disediakan oleh kampus untuk mahasiswa bersantai. Aku semakin ingin menjadi seperti mereka, menjadi bagian dari orang-orang yang menyandang gelar mahasiswa UM Metro.

            Kampus ini menurutku sangatlah bergengsi, karena di sini terdapat dua kampus. Ya, kampus pertama terletak di Jl. Ki Hajar Dewantara No.166 Kota Metro, dan kampus kedua terletak di Jl. Ki Hajar Dewantara, 38 B, Banjar Rejo, Lampung Timur. Selain itu juga ada kampus khusus untuk Pasca Sarjana. Fasilitas kampus ini pun sangat memadai, salah satunya terdapat ruang kuliah yang representatif, area parkir yang luas, Laboratorium Teknik Mesin dan Workshop, Unit Kegiatan Mahasiswa (Menwa, KSR-PMI, Tapak Suci, Pramuka, Mapala, Theater, Musik, dan lain-lain), Area Wall Climbing, Mini Market,  dan yang pastinya ada wifi. Yang paling memudahkan lagi terdapat fasilitas pendukung yaitu lokasi Universitas Muhammadiyah Metro mudah dijangkau, biaya hidup murah, banyak tersedia kos sebagai Kota Pendidikan. Kemudian ada beberapa Fakultas/Program Studi di sini, yaitu Program D3 (Manajemen Informatika, Teknik Mesin, Akutansi), Program S1 (Pendidikan Agama Islam, Bimbingan dan Konseling, Ilmu Hukum, Pendidikan Ekonomi), Program S2 (Magister Pendidikan Biologi, Magister Manajemen, Magister Manajemen Pendidikan), dan mungkin ada yang lain lagi yang aku belum tahu.
            Saya begitu yakin bahwa kuliah di UM Metro adalah ‘solusi sukses masa depan’, kampus terbaik yang akan menjadi kampus pilihanku.
            Sekian kisahku tentang mencari Perguruan Tinggi terbaik. Sedikit memberikan motivasi untuk kalian yang memiliki mimpi yang besar, maka tunjukkanlah bahwa kamu bisa meraih semua itu. Terus semangat. Hidup seseorang itu, ya, orang itu yang menjalankannya, jika dirinya saja tidak ada semangat dalam hidup, bagaimana dia akan meraih kesuksesannya? Kesuksesan itu berawal dari niat yang kuat, mimpi yang besar, dan usaha yang maksimal. Dan satu lagi, tempat yang ideal, seperti UM Metro contohnya. Terimakasih….