Friday, October 4, 2019

'Ayah Aku Hanya Rindu'



Oleh : Mei Linda


Malam itu, aku sempat terisak  dari sebuah tidurku yang tak begitu nyenyak. Sebab, aku bermimpi ada seseorang yang menggenggam tanganku. Kemudian orang yang ada dalam mimpiku melepaskan genggaman itu dan seraya berkata,"Jaga baik-baik dirimu di sini ya, jangan lupa selalu berjuang dalam hidupmu. Buat orang yang kamu sayang bangga padamu." Begitu ucapan terakhir yang aku dengar.
Justru saat aku terbangun dari mimpi buruk itu, aku melihat banyak sekali para tetangga yang datang ke rumah. Aku sempat bingung, tidak biasanya rumahku dikunjungi banyak orang? Tiba-tiba bibiku bertanya padaku,"Arini kamu sudah bangun dek, oh iya sekarang kamu mandi dan setelah itu sarapan ya, Bibi sudah masakan nasi goreng untukmu."
Akupun bertanya balik pada bibi sambil melihat sekelilingku,"Bi, ada apa ini? Kenapa rumah ku ramai orang? Ada apa Bi?"
"Kamu mandi dan sarapan dulu ya, nanti setelah itu Bibi beritahu kamu."
Akhirnya akupun menuruti perkataan bibiku tersebut. Setelah aku mandi, akupun sarapan dengan ditemani bibi di sampingku. Tidak lama kemudian terdengar suara mobil ambulan tepat di halaman rumahku, dengan wajah yang begitu penasaran dan terheran-heran. Aku bertanya pada Bibi,"Bibi, kenapa ada ambulan datang?"
"Mungkin Ayahmu sudah datang."
"Ayah? Apakah Ayahku sudah sembuh dari sakitnya Bi?"
"Sini dek, ayo kita keluar." Bibi tiba-tiba memegang pundakku sambil mengelus perlahan.
Entah kenapa tiba-tiba jantungku berdetak begitu kencang seakan takut sesuatu, tubuhku mulai merasa dingin dengan tenaga yang mulai kendor. Dan benar, aku melihat seorang lelaki keluar dari mobil ambulan dalam keadaan sudah tak bernyawa. Perlahan demi perlahan ku dekati sesosok lelaki tersebut, dan apa yang aku dapati? Saat itu pula tubuhku mulai tak kuat memopong raga ini. Aku terjatuh dan terlepas dari pegangan erat bibiku, aku menunduk menangis sejadi-jadinya saat itu.
"Ayah...." Rintihku pelan saat itu.
"Arini, tenanglah dek. Ikhlaskan Ayahmu."
Akupun langsung menatap mata bibi,"Bi, kenapa Bibi tidak ngomong jika Ayahku telah..." Hentiku bicara seketika.
"Bibi tak sanggup untuk mengatakannya padamu dek."
Saat aku pejamkan mata, aku berharap ini hanyalah mimpi burukku di pagi hari. Tanpa ku sadari jenazah ayahku sudah ada di dalam rumah. Bibi pun menyuruhku untuk masuk,"Dek, ayo masuk Ayahmu pasti ingin melihatmu."
"Ayah...Ayahh..!" Jeritku sambil memegang dada ini yang terus berdetak kencang.
Ucapku seketika,"Ya Allah.. kenapa engkau mengambil separuh ragaku? Mengapa engkau tega memisahkan aku padanya? Apa salahku pada-Mu Ya Allah? Tolong kembalikanlah dia di pelukanku."
"Arini, Arini.. istighfar dek, jangan kamu berkata seperti itu. Ikhlaskan Ayahmu untuk tinggal bersama Allah di syurga-Nya sana."
"Lalu siapa yang akan menjadi pelindung hidupku dari laki-laki nakal kelak Bi?"
"Masih ada Bunda, Bibi, dan Pamanmu dek. Kamu tak usah khawatirkan itu."
"Tidak!! Hanya Ayah yang bisa menjadi pelindungku Bi. Bunda? Kini bunda tak mempedulikan aku, Arini cuma butuh Ayah." Tangisku bersimpuh di samping jenazah ayah.
"Arini, apa yang kamu katakan? Jangan kamu egois seperti ini Dek."
"Bukan Arini yang egois Bi, tapi Bunda."
"Sttttt... Arini tenanglah." Peluk bibi begitu erat.
Begitu pahit hariku saat ini. Mengikhlaskan yang begitu sulit, namun harus aku lakukan. Aku sempat menagih janji di hadapan jenazah ayah,"Ayah dimana janji-janji Ayah yang akan selalu melindungi Arini hingga menjadi milik orang lain. Dimana janji ayah yang saat aku menangis Ayah akan selalu menjadi penopang air mataku, dan dimana janji Ayah yang lainnya akan aku?" Aku benar-benar terpukul atas meninggalnya ayahku.
40 hari sudah ayah meninggalkanku. Saat aku pulang ke rumah, dimana banyak menyimpan kenangan akan aku dan ayah, di situ aku mulai meneteskan air mata kembali dan teringat akan ayah yang dulu menolong aku saat terjatuh dari sepeda. Saat itu ayah tak biarkan aku menangis. Ayah selalu punya banyak cara untuk membuatku tertawa.
Kini aku sadar. Mengikhlaskan memanglah berat, tapi akan lebih berat lagi jika kita tak menerima semua kenyataan yang telah terjadi saat ini. Selama satu bulan lebih ini aku tinggal bersama bibi di kota, sebab aku tidak ingin tinggal bersama bundaku yang telah menelantarkan aku dan ayah sejak aku masih balita. Aku sudah terlalu nyaman kini tinggal bersama bibi yang selalu merawatku dengan penuh kasih sayang, walaupun terkadang ia selalu cerewet padaku.
Hari ini aku pulang ke rumah lamaku. Rumah dimana banyak menyimpan kenyamanan dan kehangatan, dimana yang dahulu ayah pernah membawakanku sekotak martabak telor. Dalam keadaan basah akibat terkena hujan deras, ayah rela kedinginan hanya untuk sebuah keinginanku.
Kini ayah, aku tak menuntut lebih padamu. Yang aku inginkan saat ini adalah dirimu bahagia di sana, di pangkuan-Nya. Ayah aku hanya ingin dirimu tahu, saat ini aku menangis bukan karena aku masih tak ikhlas merelakanmu. Namun saat ini aku hanya rindu padamu ayah, laki-laki yang tak akan pernah menyakiti hati anak perempuannya.
Ayah tolong jaga aku dari laki-laki nakal, laki-laki yang tak bisa menghargai kehormatan wanita. Dan tolong doakan aku agar bisa mendapatkan laki-laki yang sama seperti ayah. Yang dapat memberikan cinta dan kasih sayangnya dengan tulus, yang mau merelakan lelahnya, bahagianya dan hidupnya, sama seperti ayah yang selalu siap kapanpun untuk kebahagiaan dalam hidupku.
Kini biarkan aku berbakti pada bunda. Karena Allah telah membukakan mata hatiku saat ini tentang bunda, seharusnya aku tak bersikap egois seperti itu. Bagaimanapun bunda adalah malaikat duniaku yang harus aku jaga saat ini. Ya, andaikan aku tak malu untuk berkata pada bunda. Mungkin saat ini aku akan mengatakan,"Bunda, Arini sayang pada Bunda. Izinkan Arini untuk mencuci kaki bunda dan meminum airnya. Karena bagaimanapun Arini sempat berdosa pada Bunda, semoga Bunda bisa memaafkan Arini dan semoga Allah me-ridhoi-nya. Aamiin...."
-Tamat-


Hikmah di balik cerita :
1. Kita akan dapat merasakan bagaimana itu keikhlasan
2. Agar kita tahu bahwa hidup tak selamanya kekal
3. Supaya kita selalu ingat bahwa kita akan pulang ke pangkuan sang illahi
4. Bahwa hidup itu tak selamanya di atas

Pertanyaan untuk pembaca :
1. Ada yang bisa menyimpulkan dari cerita di atas?
2. Apa menurut kalian hikmah yang bisa kalian ambil dari cerita tersebut?
3. Jika kalian di posisi Arini, apa yang akan kalian lakukan! Dan jelaskan?
4. Menurut kalian, Pesan apa yang cocok untuk cerita tersebut?

Terima kasih untuk kalian pemuda yang gemar membaca. Semoga dengan meluangkan sedikit waktu kalian untuk ini bisa menjadi sebuah amal jariyah ya...

Semoga kalian suka dengan ceritaku ini, dan semoga aku masih bisa mempertemukan/memperlihatkan tulisan-tulisan karyaku selanjutnya kepada kalian para insan yang haus akan segala pengetahuan. Sekian dari aku semoga dapat bermanfaat, kritikan dan saran sangatlah perlu bagiku untuk pendorong agar lebih baik lagi kedepannya.

No comments:

Post a Comment