Oleh : Mei Linda
Malam
itu, aku sempat terisak dari sebuah
tidurku yang tak begitu nyenyak. Sebab, aku bermimpi ada seseorang yang
menggenggam tanganku. Kemudian orang yang ada dalam mimpiku melepaskan
genggaman itu dan seraya berkata,"Jaga baik-baik dirimu di sini ya,
jangan lupa selalu berjuang dalam hidupmu. Buat orang yang kamu sayang bangga
padamu." Begitu ucapan terakhir yang aku dengar.
Justru
saat aku terbangun dari mimpi buruk itu, aku melihat banyak sekali para tetangga
yang datang ke rumah. Aku sempat bingung, tidak biasanya rumahku dikunjungi
banyak orang? Tiba-tiba bibiku bertanya padaku,"Arini kamu sudah bangun
dek, oh iya sekarang kamu mandi dan setelah itu sarapan ya, Bibi sudah masakan
nasi goreng untukmu."
Akupun bertanya balik pada bibi sambil
melihat sekelilingku,"Bi, ada apa ini? Kenapa rumah ku ramai orang? Ada
apa Bi?"
"Kamu
mandi dan sarapan dulu ya, nanti setelah itu Bibi beritahu kamu."
Akhirnya
akupun menuruti perkataan bibiku tersebut. Setelah aku mandi, akupun sarapan
dengan ditemani bibi di sampingku. Tidak lama kemudian terdengar suara mobil
ambulan tepat di halaman rumahku, dengan wajah yang begitu penasaran dan
terheran-heran. Aku bertanya pada Bibi,"Bibi, kenapa ada ambulan
datang?"
"Mungkin Ayahmu sudah datang."
"Ayah? Apakah Ayahku sudah sembuh dari
sakitnya Bi?"
"Sini dek, ayo kita keluar." Bibi
tiba-tiba memegang pundakku sambil mengelus perlahan.
Entah kenapa tiba-tiba jantungku berdetak
begitu kencang seakan takut sesuatu, tubuhku mulai merasa dingin dengan tenaga
yang mulai kendor. Dan benar, aku melihat seorang lelaki keluar dari mobil
ambulan dalam keadaan sudah tak bernyawa. Perlahan demi perlahan ku dekati
sesosok lelaki tersebut, dan apa yang aku dapati? Saat itu pula tubuhku mulai
tak kuat memopong raga ini. Aku terjatuh dan terlepas dari pegangan erat
bibiku, aku menunduk menangis sejadi-jadinya saat itu.
"Ayah...." Rintihku pelan saat
itu.
"Arini, tenanglah dek. Ikhlaskan
Ayahmu."
Akupun langsung menatap mata bibi,"Bi,
kenapa Bibi tidak ngomong jika Ayahku telah..." Hentiku bicara seketika.
"Bibi tak sanggup untuk mengatakannya
padamu dek."
Saat
aku pejamkan mata, aku berharap ini hanyalah mimpi burukku di pagi hari. Tanpa
ku sadari jenazah ayahku sudah ada di dalam rumah. Bibi pun menyuruhku untuk
masuk,"Dek, ayo masuk Ayahmu pasti ingin melihatmu."
"Ayah...Ayahh..!" Jeritku sambil
memegang dada ini yang terus berdetak kencang.
Ucapku seketika,"Ya Allah.. kenapa
engkau mengambil separuh ragaku? Mengapa engkau tega memisahkan aku padanya?
Apa salahku pada-Mu Ya Allah? Tolong kembalikanlah dia di pelukanku."
"Arini, Arini.. istighfar dek, jangan
kamu berkata seperti itu. Ikhlaskan Ayahmu untuk tinggal bersama Allah di
syurga-Nya sana."
"Lalu siapa yang akan menjadi pelindung
hidupku dari laki-laki nakal kelak Bi?"
"Masih ada Bunda, Bibi, dan Pamanmu
dek. Kamu tak usah khawatirkan itu."
"Tidak!! Hanya Ayah yang bisa menjadi
pelindungku Bi. Bunda? Kini bunda tak mempedulikan aku, Arini cuma butuh
Ayah." Tangisku bersimpuh di samping jenazah ayah.
"Arini, apa yang kamu katakan? Jangan
kamu egois seperti ini Dek."
"Bukan Arini yang egois Bi, tapi
Bunda."
"Sttttt... Arini tenanglah." Peluk
bibi begitu erat.
Begitu
pahit hariku saat ini. Mengikhlaskan yang begitu sulit, namun harus aku
lakukan. Aku sempat menagih janji di hadapan jenazah ayah,"Ayah dimana
janji-janji Ayah yang akan selalu melindungi Arini hingga menjadi milik orang
lain. Dimana janji ayah yang saat aku menangis Ayah akan selalu menjadi
penopang air mataku, dan dimana janji Ayah yang lainnya akan aku?" Aku benar-benar terpukul atas meninggalnya
ayahku.
40 hari sudah ayah meninggalkanku. Saat aku
pulang ke rumah, dimana banyak menyimpan kenangan akan aku dan ayah, di situ
aku mulai meneteskan air mata kembali dan teringat akan ayah yang dulu menolong
aku saat terjatuh dari sepeda. Saat itu ayah tak biarkan aku menangis. Ayah
selalu punya banyak cara untuk membuatku tertawa.
Kini aku sadar. Mengikhlaskan memanglah
berat, tapi akan lebih berat lagi jika kita tak menerima semua kenyataan yang
telah terjadi saat ini. Selama satu bulan lebih ini aku tinggal bersama bibi di
kota, sebab aku tidak ingin tinggal bersama bundaku yang telah menelantarkan
aku dan ayah sejak aku masih balita. Aku sudah terlalu nyaman kini tinggal
bersama bibi yang selalu merawatku dengan penuh kasih sayang, walaupun
terkadang ia selalu cerewet padaku.
Hari ini aku pulang ke rumah lamaku. Rumah
dimana banyak menyimpan kenyamanan dan kehangatan, dimana yang dahulu ayah
pernah membawakanku sekotak martabak telor. Dalam keadaan basah akibat terkena
hujan deras, ayah rela kedinginan hanya untuk sebuah keinginanku.
Kini ayah, aku tak menuntut lebih padamu.
Yang aku inginkan saat ini adalah dirimu bahagia di sana, di pangkuan-Nya. Ayah
aku hanya ingin dirimu tahu, saat ini aku menangis bukan karena aku masih tak
ikhlas merelakanmu. Namun saat ini aku hanya rindu padamu ayah, laki-laki yang
tak akan pernah menyakiti hati anak perempuannya.
Ayah tolong jaga aku dari laki-laki nakal,
laki-laki yang tak bisa menghargai kehormatan wanita. Dan tolong doakan aku
agar bisa mendapatkan laki-laki yang sama seperti ayah. Yang dapat memberikan
cinta dan kasih sayangnya dengan tulus, yang mau merelakan lelahnya, bahagianya
dan hidupnya, sama seperti ayah yang selalu siap kapanpun untuk kebahagiaan
dalam hidupku.
Kini biarkan aku berbakti pada bunda. Karena
Allah telah membukakan mata hatiku saat ini tentang bunda, seharusnya aku tak
bersikap egois seperti itu. Bagaimanapun bunda adalah malaikat duniaku yang
harus aku jaga saat ini. Ya, andaikan aku tak malu untuk berkata pada bunda.
Mungkin saat ini aku akan mengatakan,"Bunda, Arini sayang pada Bunda.
Izinkan Arini untuk mencuci kaki bunda dan meminum airnya. Karena bagaimanapun
Arini sempat berdosa pada Bunda, semoga Bunda bisa memaafkan Arini dan semoga
Allah me-ridhoi-nya. Aamiin...."
-Tamat-
Hikmah
di balik cerita :
1.
Kita akan dapat merasakan bagaimana itu keikhlasan
2.
Agar kita tahu bahwa hidup tak selamanya kekal
3.
Supaya kita selalu ingat bahwa kita akan pulang ke pangkuan sang illahi
4.
Bahwa hidup itu tak selamanya di atas
Pertanyaan
untuk pembaca :
1.
Ada yang bisa menyimpulkan dari cerita di atas?
2.
Apa menurut kalian hikmah yang bisa kalian ambil dari cerita tersebut?
3.
Jika kalian di posisi Arini, apa yang akan kalian lakukan! Dan jelaskan?
4.
Menurut kalian, Pesan apa yang cocok untuk cerita tersebut?
Terima
kasih untuk kalian pemuda yang gemar membaca. Semoga dengan meluangkan sedikit
waktu kalian untuk ini bisa menjadi sebuah amal jariyah ya...
Semoga
kalian suka dengan ceritaku ini, dan semoga aku masih bisa
mempertemukan/memperlihatkan tulisan-tulisan karyaku selanjutnya kepada kalian
para insan yang haus akan segala pengetahuan. Sekian dari aku semoga dapat
bermanfaat, kritikan dan saran sangatlah perlu bagiku untuk pendorong agar
lebih baik lagi kedepannya.
No comments:
Post a Comment